Mengapa Wanita Suka Melebih-Lebihkan Dalam Gaya Bicaranya?


Baik pria dan wanita suka bicara dengan melebih-lebihkan. Perbedaannya adalah bahwa pria melebih-lebihkan fakta dan data sementara wanita melebih-lebihkan emosi dan perasaan. Seorang pria bisa saja melebihlebihkan betapa penting pekerjaannya, betapa besar penghasilannya atau ikan yang ditangkapnya, kemampuan mobilnya atau berapa banyak wanita cantik yang dikencaninya. Wanita akanmelebih-lebihkan bagaimana perasaan mereka dan orang-orang lainnya tentang sebuah isu pribadi atau tentang suatu ucapan yang dikatakan oleh seseorang. Otak wanita terfokus pada orang-orang dan mereka lebih jauh berfantasi tentang kehidupan dan hubungan dibandingkan pria, dan dengan cara melebih-lebihkan segala hal ini membuat percakapan itu menjadi lebih menarik.

Dengan melebih-lebihkan, percakapan seputar masalah hubungan menjadi jauh lebih menarik dan hidup.

Wanita berbicara dengan melebih-lebihkan tentang kata-kata dan emosi adalah hal yang umum di mana-mana dan dapat diterima sepenuhnya oleh para wanita lain tatkala mereka berbincang-bincang di antara mereka sendiri dan bagian dari fitrah sosial sebagai seorang wanita. Hampir semua wanita suka memimpikan seorang ksatria berkuda tampan yang menunggang seekor kuda putih untuk membawa mereka pergi jauh, walaupun biasanya mereka berakhir dengan seorang teknisi komputer berambut merah dan wajah penuh bintik-bintik yang sedang memegang gelas bir, yang mereka jumpai di sebuah bar pada malam minggu. Suatu kajian sosiologis telah membuktikan bahwa fantasi paripurna seorang wanita adalah memiliki dua orang pria sekaligus. Dalam fantasi ini, salah seorang
pria sedang memasak, dan yang lainnya melakukan tugas bersih-bersih.

Berikut ini adalah contoh-contoh umum pembicaraan wanita yang dilebih-lebihkan:
“Aku kan sudah bilang jutaan kali agar handuk basahmu itu dipindah.”
“Kau selalu saja mengharap aku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan sekaligus mengurusi anak-anak.”
“Tatkala kulihat dia memakai gaun itu, kupikir aku akan mati!”
“Aku takkan pernah ngomong lagi denganmu!”

Bagi seorang pria, perkataan wanita yang melebih-lebihkan itu dapat membuat frustrasi karena otak pria berpegang pada fakta-fakta dan data untuk memahami sesuatu dan dia menguraikan kata-kata secara harfiah. Misalnya, jika dia tidak sepakat dengan si wanita di depan teman-teman, mungkin saja si wanita berkata, “Kau selalu saja mengkritikku dan tak pernah membiarkan aku mengemukakan pendapatku sendiri! Kau setiap kali selalu begitu kepadaku!” Si pria cenderung untuk menangkapnya secara harfiah dan membantah bahwa dia tidak melakukan hal itu setiap kali dan membela dirinya dengan mengemukakan contoh-contoh. “Itu tidak benar!” protesnya. “Aku tidak melakukannya tadi malam dan aku tidak melakukannya selama berbulan-bulan!” Si wanita menolak jawaban si pria dan
mengingatkan waktu-waktu, tempat-tempat, dan tanggaltanggal di mana si pria melakukan serangan yang sama. Si pria akan menyingkir dengan perasaan sakit dan kesal. Namun apakah dia memang benar melakukan serangan itu adalah tidak relevan. Yang diinginkan oleh si wanita adalah agar si pria memperlihatkan, di depan teman-teman mereka, bahwa dia memperhatikannya. Si wanita melebih-lebihkan emosinya dan si pria membantah sesuatu yang dipikirnya adalah faktafakta dan data.

Aku merasa seperti sejuta—namun satu sekaligus. — MAE WEST, ON MEN

Walaupun memiliki kapasitas dalam hal berbicara, tatkala tiba waktunya untuk berkomunikasi para wanita juga mengandalkan bahasa tubuh untuk mengirim dan menerima informasi. Bahasa tubuh mengungkapkan kondisi emosional seorang wanita dan menyampaikan informasi sekitar 60%–80% dampak dari hampir semua percakapan wanita. Dari sudut pandang pria, wanita tampaknya sedang melambailambaikan tangannya dan menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh yang rentangnya luas tatkala sedang bicara, termasuk ketika bicara di telpon. Dari nada suaranya juga terkirim pesan dari apa yang dimaksudkannya dan wanitaberkomunikasi dalam rentang 5 variasi nada suara—pria hanya dapat mengenali 3 saja. Kata-kata yang diucapkan hanya memberikan keterangan sekitar 7%–10% dampak dari pesan yang disampaikannya. Konsekuensinya, kata-kata bukanlah sesuatu yang kritis dalam percakapan mereka karena sebagian besar dari pesan mereka adalah nonverbal. Bagi wanita sama sekali tidak masalah menggunakan katakata yang bahkan tidak sepadan dengan percakapan. Bagi wanita, emosi dan perasaan adalah yang sangat penting dan bahasa tubuh dan nada suara adalah saluran-saluran utama bagi komunikasi ini.

Solusi
Bila Anda seorang pria, pahamilah bahwa seorang wanita merasa perlu untuk melebih-lebihkan percakapan emosional dan janganlah menangkapnya secara harfiah. Jangan pernah menyebutnya “ratu drama” atau mengoreksinya di depan orang lain. Anda cukup mundur satu langkah dan berusaha untuk mendengarkan perasaanperasaannya yang sesungguhnya tanpa memberitahu apa yang
seharusnya dia pikir atau katakan. Akan tetapi, seorang wanita juga harus menyadari bahwa pria menangkap segala hal secara harfiah dan hendaknya si wanita tetap berpegang pada fakta dan membatasi perkataan yang berlebih-lebihan— terutama dalam urusan bisnis, di mana hal itu dapat menimbulkan kebingungan dan buang-buang waktu serta tenaga.

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.